Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan
dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta
menghindari dari kesalahan-kesalahan. Menurut E. Mulyasa (2011:19) dari
berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang
sering dilakukan guru dalam permbelajaran, yaitu ;
Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian
menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai
kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari
asumsi itu.
Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan
kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang
jika salah satu komponennya terganggu, maka akan menggangu seluruh system
tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan
setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran., serta merevisi sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zamannya.
Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan
jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan
peserta didik, dan mengancam kenyamanan guru.
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah
peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang
secara optimal melalui perhatian guru yang positif , sebaliknya perhatian yang
negative akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika
mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan .
Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman
yang keliru tentang mengajar, mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan
maateri kepada peserta didik, mereka juga menganggap mengajar adalah memberika
pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan
perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada
mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah.
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik
ketika rebut, tidur dikelas, tidak memperhatikan pelajaran, sehingga menunggu
peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut sering kali mendapatkan
tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka beranggapan bahwa untuk
mendapatkan perhatian dari guru harus berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu
atau melakukan tindakan tidak disiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian
pelajar hanya karena mereka tidak
mendapatkan perhatian, dan meluapkannya melalui perkelahian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik tidak tahu bagaimana cara yang tepat
untuk mendapatkan perhatian dari guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya,
tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat keributan, serta perkelahian,
dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapatkan perhatian.
Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang
ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas prilaku
tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya hal ini sederhana. tetapi
memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan member hadiah atas
perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun
individual.
Menghargai perilaku peserta didik yang postif sungguh
memmberikan hasil nyata. Sangat efektif jika pujian guru langsung diarahkan
kepada perilaku khusus dari pada hanya diekspresikan dengan pernyataan positif
yang sifatnya sangat umum. Sangat efektif guru berkata “termakasih kalian telah
mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh” daripada “kalian sangat
baik hari ini”
Disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku
peserta didik yang negatf, dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut agar
tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku peserta
negatif , misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian kepada
mereka karena tidak melakukan perilaku negative tersebut. Sekali lagi “Jangan
menunggu peserta didik berperilaku negative”.
Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh
para peserta didik, bahkan melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada
tindak melawan hokum, melanggar tata tertib, melanggar norma agama, criminal,
dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya
dengan pembelajaran, guru akan mengahadapi situasi-situasi yang menuntut guru
harus melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain, jika guru tidak memiliki
rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu.
Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar
belakang kesalahan yang diperbuat, tidak jarang
guru memberikan hukuman diluar batas kewajaran pendidikan, dan banyak
guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis
kesalahan.
Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas-tugas yang
harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang
mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya dengan berbagai komentar,
kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta
didik adalah guru sering memberikan tugas , tetapi tidak pernah memberi umpan
balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya
pembelajaran dan penegakan disiplin yang destruktrif, yang sangat merugikan
perkembangan peserta didik.
Bahkan tidak jarang tindakan destructive disclipline yang
dilakukan oleh guru menimbulkan kesalahan yang sangat fatal yang tidak hanya
mengancam perkembangan peserta didik, tetapi juga mengancam keselamatan guru.
Di Jawa Timur pernah ada kasus seorang peserta didik mau membunuh gurunya
dengan seutas tali raffia, hanya gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan
merah pada hasil ulangannya.
Kesalahan-kesalaha seperti yang diuraikan diatas dapat
mengakibatkan penegakan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak
kepribadian dan harga diri peserta didik. Agar guru tidak melakukan
kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
- Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang
- Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran
- Hindari menghina dan mengejek peserta didik
- pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
- Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.
Kesalahan berikutnya
yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan
perbedaan individu peserta didik. Kita semua mengetahui setiap peserta didik
memiliki perbedaan yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat bervariasi, dan sering
memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya
perilaku-perilaku tersebut cukup normal dan dapat ditangani dengan menciptakan
pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi karena guru disekolah dihadapkan pada
sejumlah peserta didik, guru seringkali sulit untuk membedakan mana perilaku
yang wajar atu normal dan mana perilaku yang indisiplin dan perlu penanganan
khusus.
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka
memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar
belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan lingkungan, membuat
peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan
kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual
peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya,
dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru
memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri peserta
didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
Sehubungan dengan uraian diatas, aspek-aspek peserta didik
yang peru dipahami guru antara lain: kemampuan, potensi, minat, kebiasaan,
hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, ctatan kesehatan, latar belakang
sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut dapat dieroleh dan
dipelajari dari laporan atau catatan sekolah, informasi dai peserta didik lain
(teman dekat), observasi langsung dalam situasi kelas, dan dalam berbagai
kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta didik itu sendiri
melalui wawancara, percakapan dan autobiografi.
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran
adalah merasa paling pandai dikelas. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa
pada umumnya para peserta didik disekolahnya relative lebih muda dari gurunya,
sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh disbanding
dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke
dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan
karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik
dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa, yang mungkin guru
belum menikmatinya.
Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar, ketika peserta
didik datang dari keluarga kaya yang dirumahnya memiliki sarana dan prasarana
yang lengkap, serta berlangganan Koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu
edisi, sedangkan guru belum memilikinya. Denan demikian peserta didik yang belajar
mungkin saja lebih pandai daripada guru. Jika ini terjadi maka guru harus
demokratis untuk bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik
sekalipun, atau saling membelajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadi
pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka
akan ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi
kemudahan belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga
peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam
pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangna
peserta didik, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan ,
terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upayakan untuk memberikan
penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama
proses pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus dilakukan
secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik.
Namun demikian tidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian, misalnya
sebagai ajang untuk balas dendam, atau ajang untuk menyalurkan kasih sayang
diluar tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering
dilakukan guru, sebagai akubat dari kebiasaan guru berbisnis dalam
pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan. Guru boleh saja memiliki
pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya,
tetapi tindakkan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku
tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan
boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orangtua yang tidak mampu.
Kondisi semacam ini sering kali membuat prustasi peserta
didik, bahkan di Garut pernah pernah ada peserta didik bunuh diri hanya karena
dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh gurunya. . Kerna peserta
didik tersebut tidak memiliki uang atau tidak mampu dia nekat bunuh diri. Ini
contoh akibat fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa
peserta didiknya untuk membeli. Hindarilah, ingat sebagai guru akan diminta
pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji tidak seberapa, jangan kotori
keuntungan akhirat dengan menodai profesi. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah.
Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang akan dipanen hasilnya kelak
diakhirat. Percayalah, dan tanyakan pada hati nurani. Jangan mengambil
keuntungan sesaat, tetapi menyesatkan. Sadarlah wahai guru, agar namamu selalu
sejuk dalam sanubariku. Demikianlah penjelasan E. Mulyasa mengenai 7 Kesalahan
Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.
Sedangkan menurut Dr.
Wina Sanjaya ( 2005 : 70 ) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru yaitu :
- Ketika mengajar, guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami oleh siswa atau belum.
- Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi bisa terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir.
- Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
- Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggapnya sangat penting.
Posting Komentar