Assalamualaikum Wr Wb
Selamat pagi anak-anak ku semua, Bagaimana Hari ini ?
Rasul artinya utusan. Sedangkan Rasulullah artinya utusan Allah Swt., yaitu orang yang menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikannya kepada orang lain atau umat manusia. Perhatikan Q.S. al-An’am/6: 48 berikut ini.
Artinya: “Dan tidak Kami mengutus para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan peringatan”.
Ayat di atas menjelaskan tentang “alasan Allah Swt. mengutus para rasul”? Jawabannya adalah untuk memberi kabar gembira dan memberikan peringatan. Kabar gembira maksudnya menyampaikan janji Allah Swt. bagi orang yang menaati perintah-Nya. Bagi mereka diberikan kenikmatan dan kesenangan di dunia maupun di akhirat kelak. Rasul memberi peringatan, yaitu bagi mereka yang ingkar kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya akan mendapat balasan buruk yaitu neraka jahanam.
Nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah Swt. Untuk menerima wahyu. Sebagaimana manusia lainnya rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia, yaitu makan, minum, berjalan-jalan, nikah, punya anak, merasa sakit, senang, susah, semakin tua, mati, dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Surat An-nas
C. Rasul Ulul ‘Azmi
1. Apa yang Dimaksud dengan Rasul
Ulul ‘Azmi?
Jawaban pertanyaan di atas adalah sebagai berikut. Ulul ’Azmi terdiri dari dua kata, yaitu Ulul dan al-Azmi. Ulul atau Ulu/Uli artinya mempunyai atau memiliki. Al-Azmi artinya teguh atau tekad yang kuat. Ulul ‘Azmi artinya memiliki keteguhan/tekad. Kalau disebut rasul Ulul ‘Azmi, maka artinya rasul yang memiliki keteguhan atau tekad. Para rasul Ulul ‘Azmi memiliki keteguhan, tekad, ketabahan, dan kesabaran yang sangat kuat, serta teguh dalam menjalankan tugasnya, yaitu menyampaikan ajaran-ajaran Allah Swt.
2. Siapa Saja Rasul yang
Tergolong Ulul ‘Azmi?
Rasul Ulul ‘Azmi itu adalah Nuh
a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s., dan Muhammad saw. Ayo, ikuti riwayat singkat para Rasul
Ulul ‘Azmi berikut.
- Nabi Nuh a.s. adalah keturunan kesepuluh dari Nabi Adam a.s. Ia mengajak manusia agar menyembah Allah Swt. dan melarang memperhambakan diri kepada selain Allah Swt. Tetapi manusia di masa itu tidak mengacuhkan seruannya. Seruan Nabi Nuh a.s. itu mereka sambut dengan cemooh dan ejekan. Selama 950 tahun Nabi Nuh a.s. menyiarkan ajaran Allah Swt., tetapi umatnya tetap saja ingkar termasuk anaknya sendiri yang bernama Kan’ān. Akhirnya Tuhan menurunkan kepada mereka siksaan berupa banjir besar. Hanya sedikit orang yang selamat dari banjir besar. Mereka yang selamat adalah para pengikut Nuh a.s
- Nabi Ibrahim a.s. adalah anak Azar tukang membuat patung-patung untuk dijadikan sesembahan. Nabi Ibrahim a.s. hidup pada masa raja Namrud yang zalim, musyrik dan kufur. Nabi Ibrahim a.s. mengajak raja Namrud dan kaumnya agar beriman dan menyembah Allah Swt. Ia ajak agar mereka meninggalkan menyembah berhala. Ada banyak kesabaran dan keteguhan Nabi Ibrahim a.s. yang dapat kita ketahui lebih lanjut. Karena ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah Swt., maka doanya dikabulkan.
- Nabi Musa a.s. adalah putra Imrān, keturunan Bani Israil. Ia hidup pada masa raja Firaun yang sangat zalim, mengaku dirinya Tuhan. Siapa yang tidak mau menuhankannya, maka orang itu akan dibunuh. Nabi Musa a.s. terus saja menyebarkan ajaran Allah Swt. kepada kaum Bani Israil seraya berdoa agar diberi kawan yang membantunya. Akhirnya diberilah Harun saudaranya yang membantu dakwahnya. Doa Nabi Musa a.s. dikabulkan Allah Swt., maka Nabi Hārūn a.s. diangkat Allah Swt. menjadi Rasul. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 63
- Nabi Isa a.s. adalah putra Maryam. Dengan kekuasaan Allah Swt. beliau dilahirkan dengan perantaraan ibu saja. Keajaiban kelahiran ini menjadi ujian kepada manusia, percaya atau tidak kepada kekuasaan Allah Swt. Nabi Isa a.s. dalam menjalankan dakwahnya, diancam dan direncanakan untuk dibunuh dengan cara disalib. Namun Allah Swt. menyelamatkan Nabi Isa a.s. dengan cara diangkatkan ke alam ghaib (mi’raj). Ternyata yang terbunuh adalah orang yang menyerupai Nabi Isa a.s. yaitu Yahuza (Iskariot). Lihat Q.S. an-Nisa/4: 157: “... tidaklah mereka membunuh dan menyalib Isa, hanya orang yang diserupakan Allah dengan Isa a.s. yang tersalib.”
D. Kisah Keteladanan Nabi Muhammad saw. sebagai Ulul ‘Azmi
Sejak usia muda, Nabi Muhammad saw. terkenal jujur, tabah, sabar, bertanggung jawab, dan pekerja keras sehingga diberi julukan “al Amin” artinya terpercaya. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau tak henti-hentinya berdakwah mengajak umat manusia menyembah Allah Swt. dan meninggalkan kemusyrikan yaitu penyembahan terhadap berhala.
Dalam menyiarkan agama Allah Swt., Nabi Muhammad saw. sering dihadang, bahkan diancam akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Abu Jahal adalah orang yang paling membencinya. Pernah ketika Nabi Muhammad saw. sedang beribadah, Abu Jahal dan komplotannya datang sengaja mengotorinya dengan najis. Namun Nabi Muhammad saw. hanya berdoa kepada Allah Swt.: “Ya Tuhan kepada Engkau aku menyerahkan kaum Quraisy”. Doa ini berulang-ulang beliau baca.
Dari peristiwa itu, Nabi Muhammad saw. bukanlah sosok manusia pendendam, tidak membalas kejahatan Abu Jahal dan kawan-kawannya dengan tindakan yang sama, cukup menyerahkan persoalannya kepada Allah Swt.
Selain jujur dan pemaaf, Nabi Muhammad saw. sangat menyayangi anak yatim. Nabi pernah mengatakan: “ Barangsiapa yang memelihara dan mengasuh anak yatim dengan sebaik-baiknya, kelak mereka akan masuk surga, dan tempatnya berdekatan denganku. Hal ini diisyaratkan Nabi dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berdekatan dan tidak terhalang apa pun”. Begitulah kepedulian Nabi Muhammad saw. kepada umatnya.
Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad saw., dialah nabi dan rasul penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul setelahnya. Karena Nabi Muhammad saw. sebagai penutup, maka sering disebut dengan istilah kh±tamul anbiy± artinya penutup atau penghabisan para nabi dan rasul.
E. Sikap Terpuji Para Rasul dan
Rasul Ulul ‘Azmi
1. Sikap Terpuji Para Rasul
Ada sikap berbicara, sikap
makan-minum, sikap berjalan, sikap bertamu, sikap waktu belajar, sikap ketika bergaul sesama teman, dengan guru, dengan
orangtua sendiri atau dengan orang
yang lebih tua, dan sebagainya. Terpuji
(Mahmudah) artinya sikap yang baik sesuai aturan agama Islam. Misalnya jujur (al-Amanah), pemaaf (al-‘Afwu), tekun
(al-Khusū’), malu kalau diri tercela (al-Hayāu), bersih (an-Na§±fah), pemurah (as-Sakhau), sabar (a£-¤abru) dan
seterusnya. Sikap terpuji para
rasul itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu sikap terpuji kepada Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, dan
sikap terpuji kepada sesama manusia dan alam sekitar. Kita telah
mengetahui bahwa para Rasul itu memiliki sifat wajib, yaitu sifat siddiq artinya benar, sifat amanah artinya
dapat dipercaya, sifat tablig artinya menyampaikan, dan sifat fat±nah artinya pandai dan cerdas. Selain itu, ada
sifat dan sikap yang mereka pegang
teguh yaitu menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, taat dan patuh kepada Allah Swt. Para Nabi dan Rasul itu terpelihara
dari segala macam dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar. Tetapi sebagai manusia biasa tidak lepas dari sifat
khilaf seperti yang dilakukan oleh
Nabi Adam a.s. yaitu mendekati pohon larangan Allah akibat godaan setan.
2. Sikap Terpuji Para Rasul Ulul
‘Azmi
1. Sikap Terpuji Para
Rasul
Ada sikap berbicara, sikap makan-minum, sikap berjalan, sikap bertamu, sikap waktu belajar, sikap ketika bergaul sesama teman, dengan guru, dengan orangtua sendiri atau dengan orang yang lebih tua, dan sebagainya.
Terpuji (mahmūdah) artinya sikap yang baik sesuai aturan agama Islam. Misalnya jujur (al-Amanah), pemaaf (al-‘Afwu), tekun (al-Khusū’), malu kalau diri tercela (al-Hayāu), bersih (an-Nazafah), pemurah (as-Sakhau), sabar (a£-¤abru) dan seterusnya.
Sikap terpuji para rasul itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu sikap terpuji kepada Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, dan sikap terpuji kepada sesama manusia dan alam sekitar.
Kita telah mengetahui bahwa para Rasul itu memiliki sifat wajib, yaitu sifat siddiq artinya benar, sifat amanah artinya dapat dipercaya, sifat tablig artinya menyampaikan, dan sifat fatonah artinya pandai dan cerdas. Selain itu, ada sifat dan sikap yang mereka pegang teguh yaitu menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, taat dan patuh kepada Allah Swt.
Para Nabi dan Rasul itu terpelihara dari segala macam dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar. Tetapi sebagai manusia biasa tidak lepas dari sifat khilaf seperti yang dilakukan oleh Nabi Ādam a.s. yaitu mendekati pohon larangan Allah akibat godaan setan.
2. Sikap Terpuji Para Rasul ulul Azmi
Perhatikan Q.S. al-Ahzab/33: 7 berikut.
Pada pelajaran sebelumnya telah dijelaskan bahwa Ulul ‘Azmi maksudnya teguh hati, tabah, dan sabar. Mengapa diberi gelar rasul Ulul ‘Azmi karena mereka yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, akan tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang menyampaikan pesan Allah Swt. kepada umat manusia.
3. Meneladan Rasul Allah Swt. dan
Rasul Ulul ‘Azmi Meneladan artinya
mencontoh. Meneladani atau mencontoh para rasul dan rasul Ulul ’Azmi. Seperti pesan Allah Swt. dalam
Q.S. al-Ahqāf/46: 35 yang ditujukan kepada manusia termasuk kita, yaitu:
Artinya: “Maka bersabarlah engkau
(Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati ...”.
Berikut ini contoh sifat para
rasul Ulul ‘Azmi, yaitu:
- Teguh dan sabar dalam belajar,
- Teguh dan sabar dalam beribadah (salat),
- Teguh dan sabar dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah,
- Teguh dan sabar dalam mematuhi orang tua,
- Teguh dan sabar dalam pergaulan, tidak cepat marah,
- Teguh dan sabar dalam mematuhi peraturan, baik peraturan di rumah, sekolah, maupun dilingkungan tempat tinggal,
- dan seterusnya.
Posting Komentar