JANGAN LUPA ABSEN

klik gambar di bawah untuk kirim absen


Assalamualaikum Wr Wb

Selamat pagi anak-anak ku semua, 

Bagaimana Hari ini ?

Semoga masih semangat untuk belajar nya ya!

Mengingat minggu depan kita akan melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS). Hari ini bapak akan membagikan kisi-kisi yang akan di ujikan minggu depan.

Untuk hari ini cukup membaca kisi-kisi saja tidak ada tugas yang dikerjakan.





3.1 Memahami makna Q.S. Al-Mauun

Mari belajar Surah Al Mauun



Allah Swt. mengawali surat ini dengan pertanyaan “Tahukah kamu (orang) yang menendustakan agama?” Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Allah Swt ز, seperti berikut. Orang yang mendustakan agama itu mempunyai ciri sebagaimana berikut.

 

  1. Orang yang menghardik anak yatim. Menghardik maksudnya membentak atau menyakiti fisik maupun perasaannya. Misalnya mengatakan kepada mereka “Hei anak yatim”.
  2. Orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Kemudian Allah Swt. mengemukakan orang yang celaka, yaitu:
  • Orang yang lalai dari Çalatnya,
  • Berbuat ria (mempertontonkan amal perbuatan baiknya kepada orang lain), dan
  • Orang yang enggan (menolong dengan) memberikan bantuan barang berguna.

 

Sikap terpuji apa sajakah yang dapat diambil dari ayat di atas?

 

Sikap terpuji yang dapat diambil dari ayat di atas dan perlu kita amalkan ialah:

  • Mencintai dan menyayangi anak yatim. Misalnya kita berteman dengan baik, bertutur kata yang santun kepada mereka. Bila kita yatim, maka berbuat yang santun terhadap sesama saudara yatim.
  • Menyayangi dan memberi makan orang-orang miskin. Sudah menjadi kewajiban bagi orang yang punya (kaya) membantu orang yang tak berpunya (miskin).
  • Salat ditegakkan atau dilakukan tepat waktu. Apabila tiba waktu salat bersegeralah menunaikannya, pasti beruntung.
  • Hindari perbuatan ria yang mempertontonkan amal perbuatan baiknya. Misalnya memamerkan sesuatu yang dimilikinya kepada orang lain hanya untuk berbangga diri.
  • Hendaklah memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan. Mengapa? Karena manusia itu adalah makhluk sosial, satu dengan lainnya saling membutuhkan.



3.3 Memahami nama-nama rasul Allah SWT dan rasul Ulul Azmi

Mengenal Rasul-rasul Allah SWT
        

Rasul artinya utusan. Sedangkan Rasulullah artinya utusan Allah Swt., yaitu orang yang menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikannya kepada orang lain atau umat manusia. Perhatikan Q.S. al-An’am/6: 48 berikut ini.

 


Artinya: “Dan tidak Kami mengutus para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan peringatan”.

Ayat di atas menjelaskan tentang “alasan Allah Swt. mengutus para rasul”? Jawabannya adalah untuk memberi kabar gembira dan memberikan peringatan. Kabar gembira maksudnya menyampaikan janji Allah Swt. bagi orang yang menaati perintah-Nya. Bagi mereka diberikan kenikmatan dan kesenangan di dunia maupun di akhirat kelak. Rasul memberi peringatan, yaitu bagi mereka yang ingkar kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya akan mendapat balasan buruk yaitu neraka jahanam. 

Nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah Swt. Untuk menerima wahyu. Sebagaimana manusia lainnya rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia, yaitu makan, minum, berjalan-jalan, nikah, punya anak, merasa sakit, senang, susah, semakin tua, mati, dan sifat-sifat manusiawi lainnya. 

B. Tugas dan Sifat Rasul-rasul Allah 

Para utusan Allah mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu memimpin manusia agar hidup sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat. Agar tugas itu sukses dan berhasil, mereka diberi sifat-sifat yang istimewa oleh Allah Swt. Sifat tersebut lebih dikenal dengan “sifat-sifat wajib bagi rasul” artinya sifat yang harus dimiliki seorang rasul.

Ikutilah dialog Fatimah dan ayahnya berikut ini!

Amati gambar di sebelah.

Pada suatu waktu terjadi percakapan Fatimah dan ayahnya tentang sifat-sifat rasul. Percakapan itu sebagai berikut.

“Apakah kamu sudah tahu sifat-sifat rasul itu Fatimah?” tanya ayah Fatimah. 

“Insya Allah tahu ayah, yaitu sidiq, amānah, tablig, dan fatānah,” jawab Fatimah. 

“Coba kamu jelaskan sifat-sifat itu secara rinci,” pinta ayahnya. 

“Wah, belum bisa ayah,” jawab Fatimah. 

“Nah, kalau begitu tolong ambilkan buku kecil di atas meja belajar abangmu, judulnya: Sifat-sifat Wajib bagi Rasul. Coba kamu buka halaman 8 sampai 10, bacalah dengan baik, nanti kamu jelaskan isinya, kamu pasti bisa,” kata ayahnya meyakinkan Fatimah.

Beberapa jam kemudian Fatimah menghampiri ayahnya yang masih duduk bersama ibunya di ruang makan, seraya berkata “Ayah, aku sudah selesai membaca halaman 8 sampai 10. 

“Bagus, sekarang coba kamu jelaskan isi buku yang kamu baca tadi,” pinta ayahnya. 

“Baiklah ayah,” balas Fatimah dengan penuh semangat. 

Pertama, rasul itu bersifat siddiq artinya jujur dan benar. Seorang rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan, mustahil dia berkata dusta atau bohong. 

Kedua, rasul harus amānah artinya dan dapat dipercaya. Seorang rasul mustahil khianat. Dia wajib menyampaikan amanah Allah Swt. kepada kaumnya. Semua perkataan, perbuatan dan tindakan rasul harus benar, dan tidak boleh ingkar janji.

Ketiga, rasul bersifat tabl³g artinya menyampaikan. Seorang rasul harus menyampaikan pesan Allah Swt. kepada umat walaupun terasa sulit atau dianggap membahayakan. Rasul tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang telah diberikan Allah Swt. kepadanya.

Keempat, rasul bersifat fa¯ānah artinya cerdas, pandai dan bijaksana. Seorang rasul harus pandai dan cerdas akalnya, memiliki kekuatan berpikir yang tinggi, dan memiliki hati yang bersih atau akal budi yang tinggi. Dengan sifat ini, seorang rasul dapat menyelesaikan tugas kerasulannya dengan baik.

 


“Nah, perlu diketahui bahwa sifat-sifat para rasul yang diuraikan di atas tidak cukup kalau hanya diketahui saja, tetapi harus menjadi sifat dan perilaku kita sebagai manusia dan pengikut para rasul”,

kata ayah Fatimah mengakhiri percakapan.




Mari kita membiasakan sikap seperti contoh berikut ini.

  • Berbuat yang benar artinya perbuatan yang sesuai dengan perintah agama. Ucapan dan tutur kata harus baik dan benar, perilaku harus baik dan santun. Hindari berbuat buruk yang tidak disenangi Allah Swt. Dan manusia. 
  • Kalau kita dipercaya atau dititipi seseorang, kerjakanlah dengan jujur dan ikhlas. Ada pepatah lama mengatakan “sekali saja kita berbuat salah, selamanya orang tidak percaya”. 
  • Pesan-pesan kebaikan harus disampaikan kepada orang lain, mulailah dari diri sendiri, keluarga, kemudian kepada yang lainnya. 
  • Hidup harus cerdas, yaitu cerdas akal dan cerdas nurani.




3.8 Memahami makna sederhana di dalam kehidupan sehari-hari

Mari hidup sederhana 

Bagaimanakah hidup sederhana itu?

Perhatikan gambar rumah di bawah ini.


Rumah itu terletak di pinggir pantai. Di sekitar rumah banyak tanaman dan pepohonan yang terawat baik, serta lingkungan dan halaman rumah pun tampak bersih. Menurutmu, apakah rumah tersebut tergolong sederhana atau tidak? Kemukakan pendapatmu.


Q.S. al-Furqān/25: 67 mengajarkan ciri-ciri orang yang hidup sederhana.





Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.” (Q.S. al- Furqān/25: 67).

 

Menurut al-Qur’ān, hidup sederhana itu adalah di antara berlebihan dan kikir. Berlebihan artinya tidak wajar atau aneh-aneh, sedangkan kikir artinya terlampau hemat atau disebut juga pelit. Dalam menggunakan uang jajan dianjurkan agar tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Hidup sederhana bukan berarti harus miskin, atau tidak punya apa apa. Contoh sederhana misalnya makan bakso, antara makan dua mangkuk dengan seperempat mangkuk, maka yang dianggap sederhana dari itu adalah makan bakso satu mangkuk.

 

Meskipun Nabi Muhammad saw. seorang rasul dan pemimpin yang memiliki pengaruh dan kekuasaan, namun ia selalu hidup sederhana dan menghindari hidup mewah dan boros. Menurut riwayat, Nabi Muhammad saw. selalu tidur beralaskan sehelai tikar, dan kalau ia terbangun dari tidurnya, terlihat ada bekas tikar di pipinya. Begitu sederhananya kehidupan nabi, tapi ia sangat mulia di hadapan Allah Swt. Mampukah kita seperti nabi?

Apa keuntungan hidup sederhana? Nabi Muhammad saw. teladan kita. Ketaatan dan kesederhanaan Nabi Muhammad saw. harus dicontoh dengan segenap kemampuan kita. Orang yang hidup sederhana bukan berarti orang miskin atau tidak punya.

Keuntungan sederhana antara lain seperti berikut.

  • Orang yang hidup sederhana berarti telah mengamalkan ajaran agama atau perintah Allah Swt., dan orang tersebut mendapat pahala.
  • Orang yang hidup sederhana berarti telah mampu melawan godaan setan yang mendorong hidup boros.
  • Orang yang hidup sederhana biasanya rendah hati, dan disenangi banyak orang.
  • Orang yang hidup sederhana tidak akan ditimpa penyakit resah-gelisah
  • Orang yang hidup sederhana tidak akan pernah mengambil harta orang lain.

 

Perhatikan dan bacalah dengan sungguh-sungguh Q.S. al-Isrā/17: 27 berikut ini.






Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isrā/17: 27)


Menurut ayat 27 surat al-Isrā [17] di atas, pemboros adalah saudara setan, sedangkan setan sangat ingkar kepada Allah Swt. Berarti orang yang suka boros adalah orang yang ingkar kepada Allah Swt. Ingkar artinya tidak menuruti perintah Allah Swt. Aku harus bisa hidup sederhana. Semua orang bisa hidup sederhana, tergantung pada kemauannya. Mulailah dengan niat yang ikhlas untuk hidup sederhana, karena hidup sederhana adalah perintah Allah Swt. Mulailah dengan membiasakan makan-minum sederhana tidak berlebihan, menggunakan uang jajan secukupnya sesuai kebutuhan pokok saja, membeli pakaian tidak selalu mengikuti model, demikian seterusnya. Kalau hidup sederhana tidak dimulai dari sekarang, maka sikap boros itu pun akan terus berlanjut sampai hari tua. Bahayanya, kalau sikap boros itu suatu ketika tidak dapat terpenuhi, maka timbullah berbagai macam permasalahan, seperti gelisah, marah, mengambil barang orang lain, dan menghalalkan segala cara.


3.7  Memahami makna ikhlas beramal dalam kehidupan sehari-hari


1. Apakah Ikhlas Itu? 


Ikhlas maknanya bersih. Bersih dari kotoran. Ikhlas adalah perbuatan hati, karena ikhlas itu ada di dalam hati. Misalnya kalau dikatakan “ikhlas bersedekah” artinya memberikan dengan hati bersih. Contoh lain, “Pak Ahmad membantu dengan ikhlas”, artinya pak Ahmad membantu dengan hati bersih tanpa mengharapkan sesuatu balasan atau imbalan. Kata “ikhlas” sering juga dihubungkan dengan kalimat “karena Allah Swt.”. Misa lnya, “Pak Ahmad membantu dengan ikhlas karena Allah Swt.”. Maka ketika Pak Ahmad membatu orang lain, di hatinya hanya ada semboyan “membantu adalah perintah Allah Swt.”. Tetapi, kalau Pak Ahmad membantu dengan berharap pujian orang, maka Pak Ahmad belum ikhlas. Nah, bagaimana bila bekerja dan memperoleh gaji? Tidak selamanya berbuat atau bekerja yang mendapatkan imbalan atau bayaran dikatakan tidak ikhlas. Yan mendapatkan imbalan pun bisa disebut ikhlas. Contoh, ketika seseorang diminta membantu pekerjaan dengan imbalan 50 ribu rupiah, berarti orang tersebut sudah ikhlas membantu dengan imbalan yang disepakati. Di situ tidak ada yang merasa dirugikan atau pun yang mendapat pujian. 


Suatu ketika Rasulullah saw. pernah bersabda, 



“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (keikhlasan) hatimu”. (H.R. Muslim). 

Ikhlas merupakan buah dan intisari dari iman. Seseorang dianggap beragama dengan benar jika amal ibadahnya dilaksanakan dengan ikhlas.



2. Ikhlas Beramal karena Allah Swt.

Beramal yaitu melakukan perbuatan baik. Semua perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas menurut ajaran Islam akan mendapat pahala. Perhatikan dan bacalah firman Allah Swt. Q.S. al-Bayyinah/98: 5 berikut. 




Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah Swt. dengan ikhlas menaati- Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (benar). 


Di dalam ayat di atas dinyatakan: “Menyembah Allah Swt. dengan ikhlas”, berarti melakukan ibadah salat harus dengan ikhlas karena Allah Swt. semata. Apabila beribadah salat dilakukan supaya mendapat pujian dari orang tua atau guru, maka salatnya tidak  termasuk beramal ibadah yang ikhlas. Jadi taat kepada Allah Swt. pun harus dengan ikhlas.


Ciri –Ciri orang yang ikhlas antara lain sebagai berikut.

  1. Beramal dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Pujian bukan harapan kita meskipun ada orang yang memuji.
  2. Beramal dengan tekun dan rajin semata-mata karena tindakan itu adalah perintah Allah Swt. Tentu ada yang memuji, tetapi pujian bukan tujuan.
  3. Tidak memamerkan dan menceritakan amalnya kepada orang lain.
  4. Tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan tugas.

Sikap Kebiasaanku:

• Insya Allah aku bisa.

• Aku akan selalu ikhlas mengerjakan tugas sekolah.



  1. Hidup sederhana ialah tidak boros dan tidak kikir.
  2. Semua amal ibadah harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah Swt.
  3. Hidup sederhana disenangi Allah Swt. dan manusia.
  4. Hidup sederhana bukanlah harus miskin.
  5. Boros adalah ciri-ciri orang ingkar kepada Allah Swt.
  6. Kebiasaan boros dapat mempersulit hidup.
  7. Beramal dengan ikhlas adalah perintah Allah Swt.
  8. Orang yang ikhlas tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan tugas.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama